Guru kelas satu Kristine M. Reed dan muridnya memutuskan untuk menghitung jumlah bintik yang ada di kulit cheetah setelah perjalanan ke kebun binatang. Mereka menyadari bahwa mereka tidak akan mampu menghitungnya dengan jarak yang dekat namun penghitungan jumlah bintik yang ada pada cheetah adalah sebuah soal matematika yang bermanfaat. Mereka memulai dengan melihat gambar cheetah di buku dan internet dan membuat prediksi tentang jumlah bintiknya. Mereka mencatat bahwa bintiknya memiliki ukuran yang berbeda, dan pada bagian tertentu bintiknya berjumlah lebih banyak. Ketika anak-anak mencoba menghitung bintik mereka mendapat kebosanan. Mereka salah menghitung atau lupa bintik yang mana yang telah dihitung dan mana yang belum dihitung. Kemudian salah satu anak menyarankan mereka membuat salinan gambar cheetah sehingga mereka bisa memberi tanda bintik yang telah dihitung. Hal ini bekerja lebih baik, dan sekelompok anak yang berbeda memberikan tanda bintik dan menghitungnya dengan sistem yang mereka kembangkan.
Saat Ms. Reed memandu muridnya melalui aktivitas ini selama beberapa minggu, dia melibatkan mereka dalam berpikir seperti ahli matematika. Anak-anak mengidentifikasikan masalah dan mengembangkan metode menghitung dan memperkirakan, memahami kapan cara mereka menjadi efektif ketika mereka meninjau kembali. Mereka bekerja dalam kelompok dan mengkomunikasikan temuan mereka dengan mencatat pada buku dan merekam solusi mereka. Aktivitas ini melibatkan anak-anak dalam mengerjakan matematika seperti yang pakar matematika lakukan dan memberikan mereka pengalaman berharga dalam bagaimana menyikapi dan menyeleseikan masalah. (Source: Reed, 2000, pp. 346–349)
