Film Dokumenter Jejak Kambang Muaralabuh |
Membuat film itu diperlukan biaya yang cukup besar jika film itu dibuat untuk komersial atau bisa dibilang buat tayang dibioskop. Berbeda halnya dengan film pendek yang tidak memerlukan biaya sebesar yang film komersial, namun tetap sama membutuhkan biaya, dan biaya inilah yang menjadi penghadang terbesar saat ingin memproduksi sebuah film.
Bagaimana jika dana yang dimiliki masih kurang untuk mendanai biaya produksi mau tidak mau iya harus mencari dana lain
Berikut Penulis bagikan Tips Cari Dana Untuk Buat Film yang dirangkum dari berbagai sumber
- Nge-Pitch Ke Production House. sudah sering dibahas cara "How to Pitch" dan "Pitch Keterima! What's Next?” Jangan lupa siapkan beberapa project saat Pitch Meeting. jadi jangan cuma mengandalkan satu film saja.
Pitch Ke Production House - Pemerintah Daerah atau Pemerintah (in general). untuk tips ini pernah coba. Film-film yang biasa penulis produksi adalah film-film "anak sekolahan". tidak cocok untuk diajukan ke pemda. Tetapi banyak pemda yang punya anggaran untuk ngiklankan daerah mereka. Jadi cerita film kita biasanya harus ada korelasi dengan sejarah, budaya dan/atau wisata daerah itu.
Pesisir Selatan - Orang Kaya Tapi Pengen Terkenal. Banyak orang jaman sekarang yang mau terkenal karena memang jadi orang terkenal itu banyak keuntungannya juga. Meskipun nanti kita kena kasus stresnya bisa minta ampun dan di caci orang sana sini. Tapi silahkan coba cari orang-orang yang seperti ini dengan cara cari informasi kemana-mana. Jadi orang yang sosial. Pergi ke event-event sana sini. Bukan hanya event film. Tapi event-event dimana banyak orang kaya khususnya di daerah luar kota. Kalo sudah dapat, kita buatkan cerita yang SEBAIKNYA meskipun mereka atau keluarga mereka akting juga di film itu, bisa juga film yang bercerita tentang kehidupan mereka atau bisa menceritakan tentang bisnis mereka. Silahkan cari ketertarikan mereka apa. Dari situ kita bisa tahu sebaiknya cerita apa ke mereka untuk film.
- Buat Sekolah Film Yang Mahal. Kalo pembaca jadi sutradara/penulis/produser yang sudah establish di industri, menggunakan nama kita untuk mendirikan sekolah film/akting terus ujungnya buatan murid-murid yang bayar puluhan sampai ratusan juta film layar lebar itu SANGAT SAH. Kan kita nggak maling uang mereka.
- Grand Festival. Kirimkan project dan skenario ke festival-festival dan film funding program di dunia. Kalau menang, bisa dapat penghasilan atau misalkan dapat free editing atau sound design dari sebuah post house yang menjadi sponsor di festival itu. Kebanyakan film arthouse. Salah satunya Hubert Bals Fund. Tapi ada juga buat film genre horror, fantasy, sci-fi. Salah satunya NAFF IT Project di Puchon International Film Festival. Masih banyak lagi, kita harus banyak riset dan google goggle aja.
- Pre-Sales. Jual film ke buyer dengan harga murah. Pembeli ini bisa di luar atau dalam negeri. Uang yang terkumpul dari pre-sales ini bisa dijadikan film. Kalau nggak salah The Night Come For Us adalah pre-sales. Tapi metode ini hanya berlaku buat yang udah punya tim penulis, sutradara, produser dan pemain. Lalu konsepnya juga sudah harus matang. Kalo nama kita sudah terkenal seperti Film Merantau dan Mo Brothers tentu akan lebih mudah. Jangan berkecil hati kalo masih pemula karena perjuangan mereka pun juga pastinya tidak semudah itu sampai sekarang. Semua melewati jalur proses yang sama.
- Co-Production. Kolaborasi bersama perusahaan lain. Bisa dalam dan luar negeri. Cari produser/perusahaan yang mau untuk kolaborasi bersama kita. Bisa ide kita tapi bisa juga ide mereka. Tinggal sepakat dengan subyek yang mau kita bikin bareng. Co-production itu bisa dengan 1 partner atau lebih. Dengan cara begitu uang yang dikeluarkan juga bisa patungan. Film pertama penulis, Jejak Kambang Muaralabuh, itu film co-production antara Organisasi PPAL, DD PH dan Pemda Pesisir Selatan. 1 produser di film itu perusahaan DD Production House dan ada penulis 1 orang yang turut bergabung dan ikut dalam penjelajahan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat. Kita patungan bikin film bareng-bareng Organisasi dan di akomasi oleh Pemda. Dengan kolaborasi seperti ini, exposure film juga bisa lebih luas
- Product Placement atau Brand. Pernah nonton film Indonesia dan banyak iklannya? Nah, brand tersebut bayar dengan uang cukup besar untuk bisa produknya di pegang sama artis film yang mereka sponsorin. Ini disebut sebagai built-in. Tidak semua brand yang sponsorin harus built-in scene. Banyak yang cuma naruh logonya di materi promo atau credits filmnya.
- Crowdfunding. Salah satu contoh film Indonesia yang crowdfunding dan berhasil tayang di bioskop adalah NAY (Dir. Djenar Maesa Ayu) dan DEMI UCOK (Dir. Sammaria Simanjuntak). Crowdfunding itu seperti sumbangan dari orang-orang supaya kita bisa mewujudkan proyek elo. Caranya dengan kampanye se-kreatif mungkin dan minta bantuan temen-temen sekitar untuk nyumbang dan promosikan kampanye kita. Sebenarnya Jarang untuk bisa dapet orang yang mau nyumbang banyak duit. Tapi kalau mereka suka proyek kita, mereka bisa bantu sedikit. Kecil kalau banyak kan jadi lumayan juga dananya. Beberapa website crowdfunding di Indonesia adalah KitaBisa, Wujudkan, dll. Kalo diluar negeri ada Kickstarter, Indiegogo dan banyak lagi.
- Deferrals (Ngutang dulu!).Sebagai produser kita harus bisa meyakinkan banyak orang untuk kerja di film kita dan tidak dibayar (cuma transport dan makan biasanya, :) ). Untuk meyakinkan cara ini, kita harus jadi orang yang bisa dipercaya. Jaga nama baik penting sekali. kita berikan sejumlah persentase, kalau filmnya sukses dari penjualan otomatios gaji mereka lebih besar tapi kalau film rugi mereka bisa nggak dapet apa-apa. Nah, hal ini kadang bisa bikin banyak orang jadi berantem kalau filmnya rugi. Yah, itu harus di bicarakan pahit-pahitnya dulu dari awal. Tapi ada juga kasus dimana filmnya untung dari segi penjualan tapi produsernya kabur dan ngantongin semua uangnya sendiri. Kalo kita produser yang seperti ini, siap-siapa nggak bikin film lagi dalam beberapa tahun karena dunia perfilman itu sempit. Orangnya itu-itu aja. Sekali kita tidak melaksanakan kewajiban atau menipu. Itu bakal nyebar dimana-mana dan orang tidak akan mau kerjasama dengan kita lagi.
- Hadiah Ulang Tahun. Dengan perkembangan jaman, hadiah itu bukan hanya berupa barang yang dibungkus kado. Bisa juga bikin film bioskop buat orang tuanya tentang kisah orang tuanya atau keluarga mereka. Nah, ini salah satu cara financing film paling unik dan mungkin hanya ada di Indonesia karena di negara kita tidak ada sistem lewat “distributor” seperti negara-negara lainnya. Jadi produser langsung ke exhibitor dan siapa saja berhak untuk bikin film. Makanya bikin film buat tujuan hadiah saja itu bisa banget. Kalo kita bisa dapet investor yang seperti ini, Muantap Kaleeee!
Demikianlah 11 Tip dari penulis, mungkin masih banyak lagi cara-cara lainnya untuk Cari Dana Buat Film. Adapun cara di atas hanya garis besarnya saja dalam industri di Indonesia. Sampai Jumpa!
Film Dokumenter Jejak Kambang Muaralabuh Versi 2 (Versi 1 khusus buat Pemda, :) )